Senang, sedikit malu-malu, namun nampak bersemangat, begitulah
raut yang terpancar dari wajah para siswa PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Ginus Itaco di Bekasi
Timur, saat dikunjungi oleh teman-teman blogger pada hari Minggu, 18 Maret 2018.
Kunjungan ini merupakan inisiatif komunitas Dear Blogger Net (DBN) dalam
rangka melaksanakan program DBN Charity Visit, salah satu program charity komunitas
DBN.
Charity merupakan misi dan visi utama komunitas DBN, selain
memberdayakan blogger melalui konten yang bermanfaat, mengadakan workshop,
mengajak bekerja sama dalam digital campaign, dll. Rencananya DBN rutin charity
visit sebulan atau dua bulan sekali ke lokasi-lokasi yang aktif melakukan
kegiatan sosial yang belum terekspos. Blogger dari komunitas DBN akan meliput
dan menyebarkannya secara masif melalui blog dan media sosial.
Harapannya, melalui DBN Charity Visit, pembaca terinspirasi untuk melakukan kebaikan yang sama (bahkan lebih) dan memberi dukungan kepada pihak terkait baik dukungan moril maupun materil,” jelas Haya Aliya Zaki, perwakilan dari komunitas DBN.
Selain itu, konten positif ini hadir untuk mengimbangi konten
hoax, konten kontroversi, dan konten jebakan
betmen yang mengepung dunia maya. “Konten positif membuat kita menjadi
optimistis dan bersemangat untuk melakukan hal yang positif pula,” lanjut Haya.
Kegiatan DBN Charity Visit mendapat dukungan dari C2live, sebuah platform
digital dari perusahaan content marketing di Indonesia yang bernama Content
Collision. C2live boleh dikata sahabat blogger yang pas. Mereka memiliki
fasilitas agregator blog, platform lomba, artikel keren, dll yang bisa kita
manfaatkan. Secara berkala C2live mengadakan event bersama komunitas, baik seminar,
workshop, maupun charity seperti ini. DBers jangan ragu bekerja sama dengan
C2live. Insya Allah mereka amanah dan dapat diandalkan.
![]() |
Haya Aliya Zaki dari komunitas DBN |
![]() |
Suasana DBN Charity Visit |
![]() |
Tim DBN melihat-lihat produk Siswa Wirausaha |
![]() |
Enrico Lukman dari C2live |
Lokasi PKBM Ginus Itaco dan Siswa Wirausaha dipilih sebagai DBN
Charity Visit yang pertama. Sekolah Itaco digagas oleh sahabat blogger bernama Susi Sukaesih.
Sekolah yang didirikan Susi pada tahun 2012 ini merupakan sekolah kesetaraan
yang menyediakan pendidikan paket B dan C. Selain mendapat pendidikan umum,
siswa sekolah Itaco juga diajari keterampilan khusus, seperti menjahit, programing, desain grafis, dan broadcasting.
Saat itu Susi masih berusia 26 tahun. Tujuannya mendirikan
sekolah Itaco sangat mulia, yakni memberikan pendidikan dan keterampilan secara
gratis kepada anak-anak dari keluarga prasejahtera. Keinginan Susi berawal ketika
salah seorang siswanya tiba-tiba saja disuruh berhenti bersekolah, padahal
siswa tersebut sudah kelas 3 SMK. Sebentar lagi tamat sekolah. Sayang sekali
bukan? Orangtua siswa tersebut menginginkan anaknya bekerja agar dapat membantu
perekonomian keluarga.
Segala cara dilakukan Susi baik bernegosiasi dengan orangtua
siswa maupun mencoba membayarkan SPP, tapi apa daya akhirnya siswa tersebut berhenti
sekolah juga. Satu pesan sang siswa, Susi membantu adik-adiknya agar dapat
terus menempuh pendidikan, jangan putus di tengah jalan seperti dirinya. Sejak
itu Susi bertekad mendirikan dan menjaga ketersinambungan sekolah gratis Itaco.
“Berbekal ilmu dan keterampilan, anak-anak mampu meraih peluang yang lebih baik. Pendidikan dapat memutus rantai kemiskinan.” – Susi Sukaesih, pendiri sekolah gratis PKBM Ginus Itaco, Bekasi Timur.
Di tahun pertama, Susi mampu merangkul 20 siswa untuk belajar
di sekolah Itaco. Susi meminjam salah satu ruangan yang ada di tempat
bekerjanya dulu sebagai ruangan belajar untuk anak-anak. Sementara itu, untuk
melengkapi fasilitas sekolah (meja, bangku, dan komputer), Susi meminjam uang.
Sekolah mereka sempat berpindah tempat hingga lima kali, sampai akhirnya bisa
mengontrak beberapa ruangan di Ginus Itaco yang berada di kawasan Margahayu,
Bekasi Timur.
Kenyataannya, mendirikan sekolah tidaklah semudah yang
dibayangkan Susi. Ada saja kendala yang harus dihadapi. Selain biaya operasional
sekolah yang bisa dibilang tidak sedikit, juga ada kendala dari keluarga siswa dan
dari siswa itu sendiri. Pernah satu per satu siswa keluar dari sekolah karena
orangtua mereka merasa tidak mendapatkan manfaat anak bersekolah. Belum lagi
soal ongkos (bukan SPP) yang dirasa memberatkan.
![]() |
Susi Sukaesih, pendiri PKBM Ginus Itaco |
Karena itulah, pada tahun 2013, Susi menginisiasi berdirinya ekskul
Siswa
Wirausaha, sebuah wadah bagi para siswa untuk bisa mandiri
dengan cara berwirausaha. Siswa Wirausaha fokus memproduksi kebutuhan ibu dan
anak, seperti tas, aksesoris, batik anak, kaus, dan aneka souvenir. Mereka
menerima pesanan eceran dan partai besar. DBers yang butuh souvenir pernikahan,
goodie bag perusahaan, dll bisa pesan di sini, lho.
Sebagian dari upah berwirausaha diharapkan mampu membantu
perekonomian keluarga siswa. Sebagian lagi digunakan untuk biaya operasional
sekolah. Walau awalnya terseok-seok, hingga kini sekolah Itaco masih bertahan.
Reza, siswa lulusan sekolah Itaco, telah bekerja di sebuah perusahaan konsultan. Kini dia menjadi salah satu pengajar di sekolah Itaco. Padahal dulunya Reza adalah remaja putus sekolah yang bekerja sebagai penjaga rental PS. Terbukti pendidikan mampu memutus rantai kemiskinan.
Beberapa prestasi pernah diraih sekolah Itaco, di antaranya juara
2 Lomba Wirausaha Guruku Education Festival dan juara harapan 2 Lomba Web
Desain se-Kota Bekasi. Yang membuat Susi bangga adalah saat mereka berhasil
mengadakan sebuah seminar wirausaha yang dihadiri sekitar 200 orang peserta dan
semuanya dikoordinir oleh siswa Itaco. Kesempatan ini memecut semangat Susi dan
para siswa untuk bisa lebih maju lagi.
Hari Minggu lalu tim DBN dan teman-teman blogger mengikuti tur ke
sekolah Itaco dan Siswa Wirausaha. Saya sempat takjub melihat dua siswa yang
begitu mahir menjahit dasar tas layaknya penjahit profesional. Tangan mereka cekatan
menyelesaikan jahitan demi jahitan. Jahitan mereka pun sangat rapi dan kuat.
Susi mengatakan bahwa mereka menyediakan dua jenis produk tas,
yakni premium dan standar. Tas premium menggunakan bahan kanvas dan katun
Jepang yang cukup tebal. Tas standar menggunakan bahan katun biasa, namun model
dan kualitas jahitannya sama dengan yang premium. Produksi tas terlihat
mengarah ke motif etnik, seperti batik dan tenun. Menurut Susi pemilihan motif
etnik ini sekaligus untuk mengangkat keanekaragaman kebudayaan Indonesia.
Oiya, Siswa Wirausaha menerima pakaian bekas yang masih layak
pakai dari para DBers untuk diolah menjadi produk tas dan baju cantik oleh para siswa
dan tentunya memiliki nilai jual.
Susi berharap suatu saat nanti siswa-siswa di sekolah Itaco mampu
mandiri, tanpa bergantung terus kepada orangtua asuh mengingat beberapa dari
orangtua asuh pun terkadang mengalami kendala keuangan.
Bagi DBers yang ingin mengetahui lebih jauh lagi Siswa
Wirausaha, kunjungi website mereka di www.siswawirausaha.com.
Pemesanan produk bisa melalui Instagram
@siswawirausaha.katalog. Sekolah Itaco menerima dengan terbuka uluran tangan donatur dan orangtua asuh. Mereka juga masih butuh tenaga
pengajar volunteer untuk hari Sabtu
dan Minggu. DBers yang ingin support siswa-siswa sekolah Itaco, silakan langsung
kontak mereka, ya! [] Dewi Sulistiawaty
PKBM Ginus Itaco dan Siswa
Wirausaha
E-mail : suzieicus2207@gmail.com
Website : www.siswawirausaha.com
Instagram : @siswawirausaha dan @siswawirausaha.katalog
Twitter : @siswawirausaha
Facebook : Siswa Wirausaha
Telp/WA : 085711433250
(Susi Sukaesih)
Semoga siswa Itaco bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan modal keterampilan yang didapatkan di sekolah
ReplyDeleteya Allag keren banget.. ak terharu.makasih omak2.. ah g bisa bilang apa2 selain terima kasih..sukses DBN
ReplyDeletethis is cool! Cheers from Bo here and all the best!
ReplyDelete